

Welcome To Injeksi
Inovasi Jelajah Kesehatan Mandiri
Injeksi merupakan aplikasi tim medis untuk meningkatkan kesehatan rekan kerja di PT. Pertamina Geothermal Energy Tbk Project Hululais.
Go Healthy and Happy 😉



144 Penyakit Yang Bisa Dilayani oleh Puskesmas Perawatan 24 jam Tes Kabupaten Lebong

Kejang Demam
Kejang demam — Kejang demam adalah kondisi kejang yang muncul akibat peningkatan suhu tubuh, biasanya disebabkan oleh infeksi pada anak-anak. Meskipun terlihat mengkhawatirkan, kondisi ini jarang menyebabkan kerusakan otak permanen. Penanganan umumnya fokus pada menurunkan demam dan menjaga posisi tubuh agar aman saat kejang terjadi. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengelola suhu tubuh sejak awal.
Tetanus
Tetanus — Tetanus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang menghasilkan racun memengaruhi sistem saraf. Gejalanya meliputi kekakuan otot, terutama di rahang dan leher. Penyakit ini dapat dicegah melalui imunisasi lengkap. Perawatan melibatkan pemberian antitoksin dan pengelolaan gejala di rumah sakit.
HIV/AIDS tanpa komplikasi
HIV/AIDS tanpa komplikasi — HIV adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan AIDS adalah tahap lanjut dari infeksi ini. Tanpa komplikasi berarti belum ada penyakit tambahan berat yang muncul. Pengelolaan mencakup terapi antiretroviral dan menjaga pola hidup sehat. Dukungan medis dan psikologis juga penting untuk mempertahankan kualitas hidup.
Tension headache
Tension headache — Tension headache adalah sakit kepala yang terasa seperti tekanan atau ketegangan di sekitar kepala. Penyebabnya sering terkait stres, kurang tidur, atau postur tubuh yang buruk. Meski tidak berbahaya, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Perawatan meliputi istirahat, relaksasi, dan pengaturan pola hidup.
Migrain
Migrain — Migrain adalah sakit kepala berat yang biasanya disertai mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya atau suara. Penyebab pastinya belum diketahui, namun faktor genetik dan lingkungan berperan. Serangan dapat berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari. Penanganan meliputi obat pereda nyeri, perubahan gaya hidup, dan penghindaran pemicu.
Bell’s palsy
Bell’s palsy — Bell’s palsy adalah kelumpuhan sementara pada otot wajah, biasanya pada satu sisi, akibat peradangan saraf wajah. Gejalanya termasuk kesulitan tersenyum, menutup mata, atau menggerakkan wajah. Sebagian besar kasus pulih dalam beberapa minggu hingga bulan. Pengobatan meliputi obat antiinflamasi dan latihan otot wajah.
Vertigo
Vertigo — Vertigo adalah sensasi berputar atau kehilangan keseimbangan yang disebabkan gangguan pada telinga dalam atau otak. Kondisi ini dapat dipicu oleh perubahan posisi kepala atau infeksi. Penanganan tergantung pada penyebabnya, termasuk pemberian obat dan latihan keseimbangan. Istirahat dan menghindari gerakan mendadak dapat membantu.
Gangguan somatoform
Gangguan somatoform — Gangguan somatoform adalah kondisi di mana seseorang mengalami gejala fisik tanpa penyebab medis yang jelas, sering kali dipengaruhi faktor psikologis. Gejalanya bisa menyerupai penyakit fisik nyata. Penanganan melibatkan psikoterapi, manajemen stres, dan dukungan emosional. Edukasi pasien juga penting untuk mengurangi kecemasan.
Insomnia
Insomnia — Insomnia adalah gangguan tidur yang membuat seseorang sulit tidur atau mempertahankan tidur. Penyebabnya meliputi stres, kebiasaan tidur yang buruk, atau kondisi medis tertentu. Akibatnya, penderita dapat merasa lelah dan sulit berkonsentrasi di siang hari. Penanganan mencakup terapi perilaku dan pengaturan pola tidur.
Benda Asing di Konjungtiva
Benda asing di konjungtiva — Kondisi ini terjadi saat partikel kecil seperti debu atau pasir menempel pada selaput bening yang melapisi putih mata dan bagian dalam kelopak. Gejalanya bisa berupa rasa mengganjal, berair, kemerahan, dan sensitif terhadap cahaya. Umumnya dapat membaik setelah benda asing dikeluarkan dengan cara yang aman. Penanganan bertujuan mengurangi iritasi dan mencegah infeksi sekunder.
Konjungtivitis
Konjungtivitis — Peradangan pada konjungtiva yang menyebabkan mata merah, berair, dan rasa perih atau gatal. Penyebabnya bisa infeksi, alergi, atau iritan seperti asap dan debu. Sebagian kasus bersifat ringan dan membaik dengan perawatan sederhana. Tujuannya mengurangi gejala dan mencegah penularan bila penyebabnya infeksius.
Perdarahan subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva — Pecahnya pembuluh darah kecil di bawah konjungtiva yang tampak sebagai bercak merah terang pada mata. Meskipun tampak dramatis, kondisi ini biasanya tidak nyeri dan pulih sendiri dalam 1–2 minggu. Faktor pemicu dapat berupa batuk kuat, mengedan, atau trauma ringan. Perawatan umumnya suportif untuk kenyamanan.
Mata kering
Mata kering — Terjadi ketika produksi atau kualitas air mata tidak mencukupi sehingga permukaan mata menjadi tidak nyaman. Keluhan termasuk kering, terbakar, sensasi berpasir, atau penglihatan kabur yang membaik setelah berkedip. Lingkungan kering, paparan layar, dan beberapa obat dapat memperburuk gejala. Tujuan penanganan adalah memulihkan pelumasan permukaan mata dan mengurangi iritasi.
Blefaritis
Blefaritis — Peradangan tepi kelopak mata yang bisa menimbulkan kemerahan, gatal, bersisik, dan kelopak terasa berat. Keadaan ini kerap berulang dan berhubungan dengan masalah kelenjar minyak di kelopak. Kebersihan kelopak yang baik membantu mengontrol gejala. Perawatan fokus pada mengurangi peradangan dan ketidaknyamanan.
Hordeolum (bintitan)
Hordeolum (bintitan) — Infeksi akut pada kelenjar di kelopak mata yang menyebabkan benjolan nyeri, kemerahan, dan bengkak lokal. Biasanya muncul tiba-tiba dan dapat menimbulkan sensasi mengganjal. Kompres hangat sering membantu mempercepat pemulihan. Tujuannya meredakan nyeri dan mempercepat resolusi benjolan.
Trikiasis
Trikiasis — Pertumbuhan bulu mata yang mengarah ke dalam sehingga menggesek permukaan mata. Gesekan ini dapat menimbulkan iritasi, berair, dan sensasi benda asing. Bila berlanjut, dapat mengganggu kenyamanan dan kualitas penglihatan. Penanganan diarahkan untuk mencegah gesekan berulang pada kornea.
Episkleritis
Episkleritis — Peradangan ringan pada jaringan episklera (lapisan tipis di atas sklera) yang umumnya menyebabkan kemerahan dan rasa tidak nyaman. Kondisi ini sering bersifat sementara dan tidak mengancam penglihatan. Pemicu bisa idiopatik atau terkait kondisi peradangan lain. Tujuan perawatan adalah meredakan gejala dan mempercepat pemulihan.
Hipermetropia ringan
Hipermetropia ringan — Kelainan refraksi di mana cahaya terfokus di belakang retina sehingga melihat dekat menjadi kurang jelas. Keluhan bisa berupa mata cepat lelah saat membaca, sakit kepala ringan, atau penglihatan kabur pada jarak dekat. Koreksi optik dapat membantu meningkatkan ketajaman. Pendekatannya difokuskan pada kenyamanan visual harian.
Miopia ringan
Miopia ringan — Kelainan refraksi ketika cahaya terfokus di depan retina, membuat objek jauh tampak kabur. Penderitanya sering memicingkan mata untuk melihat jelas dari jarak jauh. Koreksi optik dapat memperbaiki ketajaman penglihatan. Tujuannya memastikan penglihatan jauh tetap nyaman dalam aktivitas sehari-hari.
Astigmatism ringan
Astigmatism ringan — Kelainan bentuk kornea atau lensa yang menyebabkan pembiasan cahaya tidak merata, memunculkan penglihatan bayang ganda atau garis tampak kabur. Gejala bisa meliputi kelelahan mata dan sakit kepala ringan setelah aktivitas visual. Koreksi optik dapat meningkatkan kejernihan. Penanganan diarahkan pada kualitas penglihatan yang stabil.
Presbiopia
Presbiopia — Penurunan kemampuan fokus dekat seiring usia karena lensa mata makin kurang elastis. Gejalanya biasanya mulai terasa saat membaca huruf kecil harus dijauhkan. Koreksi optik khusus jarak dekat membantu aktivitas membaca. Fokus perawatan pada kenyamanan kerja dekat harian.
Buta senja
Buta senja — Kesulitan melihat dalam cahaya redup atau di malam hari, yang dapat terkait kondisi retina atau kekurangan nutrisi tertentu. Penderita mungkin kesulitan beradaptasi saat beralih dari lingkungan terang ke gelap. Penanganan bergantung pada penyebab dasarnya. Tujuannya memperbaiki kemampuan adaptasi cahaya semampunya.
Otitis eksterna
Otitis eksterna — Peradangan pada liang telinga luar yang menimbulkan nyeri, gatal, dan kadang keluar cairan. Sering dipicu kelembapan berlebih atau iritasi mekanis. Kebersihan telinga yang tepat membantu pemulihan. Perawatan bertujuan meredakan nyeri dan mengurangi peradangan lokal.
Otitis media akut
Otitis media akut — Infeksi telinga tengah yang biasanya didahului infeksi saluran napas atas, menyebabkan telinga nyeri, demam, dan penurunan pendengaran sementara. Pada anak, rewel dan gangguan tidur dapat terlihat. Sebagian kasus membaik dengan perawatan suportif. Tujuannya mengurangi keluhan dan mencegah komplikasi.
Serumen prop
Serumen prop — Serumen prop adalah sumbatan pada saluran telinga luar oleh kotoran telinga (serumen) yang menumpuk dan mengeras. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara, rasa penuh di telinga, gatal, denging (tinnitus), atau nyeri jika terjadi iritasi. Penyebab umumnya adalah produksi serumen berlebih atau pembersihan telinga yang salah sehingga kotoran terdorong ke dalam. Penanganan dilakukan dengan melunakkan serumen menggunakan obat tetes khusus atau membersihkannya secara hati-hati oleh tenaga medis untuk mengembalikan pendengaran dan kenyamanan.
Mabuk perjalanan
Mabuk perjalanan — Mabuk perjalanan adalah kondisi tidak nyaman yang terjadi saat bepergian menggunakan kendaraan seperti mobil, kapal, pesawat, atau kereta, akibat gangguan pada sistem keseimbangan di telinga bagian dalam. Gejalanya meliputi pusing, mual, muntah, keringat dingin, dan lemas. Kondisi ini dipicu oleh perbedaan sinyal antara mata dan sistem vestibular. Penanganan dapat dengan beristirahat, menatap titik tetap di luar jendela, menghindari membaca selama perjalanan, serta mengonsumsi obat antimabuk sesuai anjuran dokter.
Furunkel pada hidung
Furunkel pada hidung — Furunkel pada hidung adalah infeksi bakteri pada folikel rambut di dalam lubang hidung yang menyebabkan benjolan merah, nyeri, dan berisi nanah. Penyebab paling umum adalah bakteri Staphylococcus aureus. Gejalanya bisa disertai pembengkakan pada area sekitar hidung. Penanganan meliputi kompres hangat, menjaga kebersihan, pemberian salep atau antibiotik sesuai resep, dan menghindari memencet benjolan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Rhinitis akut
Rhinitis akut — Rhinitis akut adalah peradangan sementara pada mukosa hidung, umumnya disebabkan oleh infeksi virus seperti flu biasa. Gejalanya meliputi hidung tersumbat, pilek, bersin, dan kadang disertai demam ringan. Penanganan bersifat suportif dengan istirahat, minum cukup cairan, inhalasi uap hangat, dan obat pereda gejala.
Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor — Rhinitis vasomotor adalah peradangan pada mukosa hidung yang disebabkan oleh gangguan regulasi saraf pembuluh darah di hidung, bukan karena alergi atau infeksi. Gejalanya berupa hidung tersumbat, pilek, bersin, dan hidung berair yang kambuh terutama saat cuaca dingin, paparan bau menyengat, atau perubahan suhu. Penanganan meliputi menghindari pemicu, irigasi hidung dengan larutan saline, dan obat semprot hidung bila perlu.
Rhinitis alergika
Rhinitis alergika — Rhinitis alergika adalah peradangan pada mukosa hidung akibat reaksi alergi terhadap alergen seperti debu, serbuk sari, bulu hewan, atau jamur. Gejalanya berupa bersin berulang, pilek encer, hidung tersumbat, dan gatal pada hidung atau tenggorokan. Penanganan meliputi menghindari alergen, menggunakan antihistamin, dekongestan, atau semprotan kortikosteroid sesuai anjuran dokter.
Benda asing
Benda asing — Benda asing dalam konteks ini adalah masuknya objek dari luar ke saluran napas atau hidung, terutama pada anak-anak. Gejalanya meliputi hidung tersumbat satu sisi, nyeri, keluar cairan berbau, atau kesulitan bernapas jika benda menyumbat saluran napas. Penanganan dilakukan oleh tenaga medis dengan teknik khusus untuk mengeluarkan benda tersebut dengan aman.
Epistaksis
Epistaksis — Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di dalam rongga hidung. Penyebabnya dapat berupa trauma, udara kering, alergi, infeksi, atau kelainan pembekuan darah. Gejalanya adalah keluarnya darah dari lubang hidung, baik sedikit maupun deras. Penanganan awal bisa dengan menekan hidung sambil duduk tegak, dan penanganan medis dilakukan jika perdarahan berulang atau berat.
Influenza
Influenza — Influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. Gejalanya meliputi demam tinggi, batuk kering, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan rasa lemas. Penularan terjadi lewat percikan droplet saat penderita batuk atau bersin. Penanganannya meliputi istirahat, konsumsi cairan, dan obat pereda gejala; antivirus dapat diberikan sesuai indikasi.
Pertusis
Pertusis — Pertusis atau batuk rejan adalah infeksi saluran napas akibat bakteri Bordetella pertussis. Gejalanya meliputi batuk parah yang berlangsung lama dengan bunyi tarikan napas melengking setelahnya, disertai muntah setelah batuk. Penyakit ini sangat menular melalui droplet. Penanganan dengan antibiotik dan terapi suportif, serta pencegahan melalui imunisasi.
Faringitis
Faringitis — Faringitis adalah peradangan pada faring, biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. Gejalanya sakit tenggorokan, sulit menelan, kemerahan pada tenggorokan, dan kadang demam. Terapi bertujuan meredakan gejala dengan obat pereda nyeri, istirahat, dan antibiotik bila terbukti infeksi bakteri.
Tonsilitis
Tonsilitis — Tonsilitis adalah peradangan amandel, sering disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Gejalanya bengkak dan kemerahan pada amandel, nyeri menelan, demam, dan bau mulut. Penanganan meliputi istirahat, minum cukup cairan, obat penghilang nyeri, dan antibiotik bila penyebabnya bakteri.
Laringitis
Laringitis — Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering disebabkan oleh infeksi virus atau iritasi. Gejalanya suara serak, nyeri tenggorokan, batuk, dan kadang demam ringan. Penanganan meliputi istirahat suara, hidrasi yang cukup, dan menghindari iritan seperti asap rokok.
Asma bronkial
Asma bronkial — Asma bronkial adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas sehingga memicu sesak napas, batuk, dan mengi. Pemicunya bisa berupa alergi, infeksi, olahraga, atau polusi. Penanganan mencakup penggunaan inhaler (bronchodilator dan kortikosteroid), menghindari pemicu, dan memantau fungsi paru.
Bronkitis akut
Bronkitis akut — Bronkitis akut adalah peradangan pada saluran napas besar akibat infeksi, umumnya virus. Gejalanya batuk berdahak, sesak napas, lemas, dan kadang demam ringan. Terapi utamanya adalah istirahat, peningkatan asupan cairan, dan obat pereda gejala.
Pneumonia, bronkopneumonia
Pneumonia, bronkopneumonia — Pneumonia atau bronkopneumonia adalah infeksi pada jaringan paru-paru yang menyebabkan peradangan dan penumpukan cairan di alveolus. Gejalanya demam, batuk berdahak, nyeri dada, dan sesak napas. Penularan umumnya melalui droplet. Penanganan meliputi antibiotik jika bakteri, pengobatan suportif, serta perawatan rumah sakit untuk kasus berat.
Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
Tuberkulosis paru tanpa komplikasi — Tuberkulosis paru adalah infeksi paru-paru akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejalanya berupa batuk lebih dari dua minggu, dahak kadang bercampur darah, demam ringan, keringat malam, dan penurunan berat badan. Penyakit ini menular melalui udara saat penderita batuk atau bersin. Penanganan dilakukan dengan obat anti-TB dalam jangka panjang sesuai protokol medis, disertai pemantauan kepatuhan minum obat.
Hipertensi esensial
Hipertensi esensial — Hipertensi esensial adalah tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh penyakit lain yang mendasari. Kondisi ini berkembang secara bertahap dan berhubungan dengan faktor risiko seperti usia, pola makan tinggi garam, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, dan riwayat keluarga. Gejalanya sering tidak terasa, namun dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, atau mudah lelah. Pengendalian dilakukan dengan perubahan gaya hidup sehat dan, jika perlu, obat antihipertensi untuk mencegah komplikasi seperti stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal.
Kandidiasis mulut
Kandidiasis mulut — Kandidiasis mulut adalah infeksi jamur Candida albicans pada rongga mulut. Gejalanya berupa bercak putih tebal di lidah, gusi, bagian dalam pipi, atau langit-langit, kadang disertai nyeri dan rasa terbakar. Risiko meningkat pada orang dengan daya tahan tubuh rendah, penggunaan antibiotik jangka panjang, atau pemakaian gigi tiruan. Penanganan menggunakan obat antijamur dan menjaga kebersihan mulut.
Ulkus mulut (aptosa, herpes)
Ulkus mulut (aptosa, herpes) — Ulkus mulut adalah luka kecil dan nyeri pada mukosa mulut. Aftosa biasanya disebabkan oleh faktor imunitas atau trauma ringan, sedangkan herpes disebabkan oleh virus herpes simpleks. Gejalanya nyeri saat makan atau minum, kemerahan di sekitar luka, dan kadang demam. Pengobatan meliputi obat pereda nyeri, krim atau obat antivirus jika herpes, serta menjaga kebersihan mulut.
Parotitis
Parotitis — Parotitis adalah peradangan kelenjar ludah parotis, umumnya akibat infeksi virus (seperti gondongan) atau bakteri. Gejalanya pembengkakan di daerah pipi dekat telinga, nyeri saat mengunyah, dan kadang demam. Terapi meliputi istirahat, hidrasi cukup, kompres hangat, dan bila bakteri, pemberian antibiotik.
Infeksi pada umbilikus
Infeksi pada umbilikus — Infeksi umbilikus adalah peradangan atau infeksi pada pusar, sering terjadi pada bayi baru lahir akibat kebersihan tali pusat yang kurang baik. Tandanya kemerahan, bengkak, keluar nanah, dan bau tidak sedap. Penanganan dengan membersihkan area tersebut, penggunaan antiseptik, dan antibiotik jika ada infeksi bakteri.
Gastritis
Gastritis — Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung yang dapat disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori, konsumsi obat tertentu (NSAID), alkohol, atau stres. Gejalanya nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung, dan kehilangan nafsu makan. Penanganan sesuai penyebab, misalnya pemberian antasida, obat penghambat asam, atau antibiotik untuk H. pylori.
Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)
Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis) — Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit, termasuk kolera (Vibrio cholerae) dan giardiasis (Giardia lamblia). Gejalanya meliputi diare berair atau berlendir, muntah, nyeri atau kram perut, demam, dan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering dan lemas. Penularan umumnya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Refluks gastroesofagus
Refluks gastroesofagus — Refluks gastroesofagus adalah kondisi naiknya isi lambung, termasuk asam, kembali ke kerongkongan akibat melemahnya katup antara lambung dan esofagus. Gejalanya berupa rasa panas di dada (heartburn), regurgitasi asam atau makanan ke mulut, dan kadang nyeri ulu hati atau batuk kronis. Faktor pencetus meliputi makanan berlemak, kafein, alkohol, obesitas, atau kebiasaan berbaring setelah makan. Penanganan mencakup perubahan pola makan, menghindari pemicu, menurunkan berat badan, serta penggunaan obat penekan asam.
Demam tifoid
Demam tifoid — Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejalanya demam berkepanjangan, sakit kepala, lemas, nyeri perut, sembelit atau diare, dan kadang muncul ruam berbentuk bintik merah di kulit. Pengobatan dengan antibiotik sesuai anjuran dokter, istirahat, dan hidrasi cukup.
Intoleransi makanan
Intoleransi makanan — Intoleransi makanan adalah reaksi tubuh yang tidak normal terhadap makanan tertentu yang bukan disebabkan oleh alergi, misalnya karena kekurangan enzim pencernaan (seperti laktase pada intoleransi laktosa) atau sensitivitas terhadap bahan aditif. Gejalanya meliputi kembung, diare, nyeri perut, atau mual setelah mengonsumsi makanan pemicu. Penanganan utama adalah menghindari makanan pencetus dan menyesuaikan pola makan.
Alergi makanan
Alergi makanan — Alergi makanan adalah reaksi sistem kekebalan yang berlebihan terhadap protein tertentu dalam makanan, seperti kacang, susu, telur, atau makanan laut. Gejalanya bisa ringan (gatal, bengkak di mulut) hingga berat (sesak napas, reaksi anafilaksis). Penanganan meliputi menghindari alergen, penggunaan antihistamin, dan jika terjadi reaksi berat, pemberian epinefrin segera.
Keracunan makanan
Keracunan makanan — Keracunan makanan adalah gangguan kesehatan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, atau racun. Gejalanya meliputi mual, muntah, diare, nyeri perut, dan kadang disertai demam. Penanganan fokus pada pencegahan dehidrasi melalui cairan oral atau intravena, serta pengobatan sesuai penyebab.
Penyakit cacing tambang
Penyakit cacing tambang — Penyakit cacing tambang adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma duodenale atau Necator americanus. Larva masuk ke tubuh melalui kulit, biasanya saat berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi anemia, lemas, penurunan berat badan, nyeri perut, dan gatal di tempat masuknya larva. Penanganan dengan obat antiparasit dan perbaikan gizi, serta pencegahan melalui kebersihan dan alas kaki saat beraktivitas di tanah.
Strongiloidiasis
Strongiloidiasis — Strongiloidiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing Strongyloides stercoralis. Penularan terjadi melalui kontak kulit dengan tanah terkontaminasi larva. Gejala meliputi ruam gatal, diare, nyeri perut, dan batuk. Pada kasus berat (hiperinfeksi), dapat mengancam nyawa. Penanganan menggunakan obat antiparasit seperti ivermectin
Askariasis
Askariasis — Askariasis adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi telur cacing. Gejalanya meliputi nyeri perut, mual, dan gangguan pencernaan. Pada kasus parah dapat menyebabkan penyumbatan usus. Pengobatan menggunakan obat antiparasit seperti albendazol.
Skistosomiosis
Skistosomiosis — Skistosomiosis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing darah dari genus Schistosoma. Infeksi terjadi melalui kontak kulit dengan air tawar yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi demam, ruam kulit, dan nyeri perut. Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan organ jangka panjang. Penanganan menggunakan prazikuantel.
Taeniasis
Taeniasis — Taeniasis adalah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing pita dari genus Taenia. Penularan terjadi melalui konsumsi daging sapi atau babi yang kurang matang. Gejalanya meliputi nyeri perut, penurunan berat badan, dan adanya segmen cacing pada feses. Pengobatan menggunakan niklosamida atau prazikuantel.
Hepatitis A
Hepatitis A — Hepatitis A adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Penularan terjadi melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Gejalanya meliputi demam, lemas, mual, dan kuning pada kulit dan mata. Biasanya sembuh sendiri dengan istirahat dan hidrasi yang cukup.
Disentri basiler/disentri amuba
Disentri basiler/disentri amuba — Disentri adalah infeksi usus yang menyebabkan diare berdarah. Disentri basiler disebabkan oleh bakteri Shigella, sedangkan disentri amuba oleh Entamoeba histolytica. Penularan melalui makanan/air terkontaminasi. Pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya, bisa antibiotik atau antiparasit.
Hemoroid grade 1/2
Hemoroid grade 1/2 — Hemoroid adalah pembengkakan pembuluh darah di area rektum. Grade 1/2 menunjukkan tingkat ringan-sedang dengan gejala seperti perdarahan dan nyeri saat BAB. Penyebabnya termasuk konstipasi atau kehamilan. Penanganan meliputi diet tinggi serat dan obat topikal.
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih — Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri pada sistem kemih, terutama oleh E. coli. Gejalanya meliputi nyeri saat berkemih dan anyang-anyangan. Pengobatan menggunakan antibiotik sesuai hasil kultur urine.
Gonore
Gonore — Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gejalanya meliputi nyeri saat berkemih dan keputihan abnormal. Pengobatan menggunakan antibiotik seperti seftriakson.
Pielonefritis tanpa komplikasi
Pielonefritis tanpa komplikasi — Pielonefritis adalah infeksi ginjal yang biasanya berasal dari ISK yang naik. Gejalanya demam dan nyeri pinggang. Pengobatan menggunakan antibiotik oral atau intravena tergantung beratnya infeksi.
Fimosis
Fimosis — Fimosis adalah kondisi dimana kulit prepusium tidak dapat ditarik ke belakang kepala penis. Pada anak biasanya fisiologis, tapi pada dewasa mungkin perlu tindakan sirkumsisi jika menyebabkan masalah.
Parafimosis
Parafimosis — Parafimosis adalah kondisi darurat dimana kulit prepusium yang tertarik ke belakang tidak bisa dikembalikan, menyebabkan pembengkakan. Memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan jaringan.
Sindrom duh (discharge) genital
Sindrom duh (discharge) genital — Sindrom duh genital adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya cairan abnormal dari alat kelamin, dapat disebabkan oleh infeksi gonore (Neisseria gonorrhoeae) atau non-gonore seperti klamidia. Gejalanya meliputi keputihan abnormal, nyeri saat berkemih, atau gatal. Penanganan disesuaikan dengan penyebabnya, biasanya menggunakan antibiotik.
Infeksi saluran kemih bagian bawah
Infeksi saluran kemih bagian bawah — Infeksi ini meliputi sistitis dan uretritis, biasanya disebabkan oleh bakteri E. coli. Gejala khasnya adalah anyang-anyangan, nyeri saat buang air kecil, dan urine keruh. Pengobatan utama menggunakan antibiotik seperti nitrofurantoin.
Vulvitis
Vulvitis — Vulvitis adalah peradangan pada vulva yang dapat dipicu oleh infeksi, iritasi, atau reaksi alergi. Gejalanya berupa gatal hebat, kemerahan, dan pembengkakan di area vulva. Penanganan tergantung penyebab, meliputi krim antijamur atau kortikosteroid topikal.
Vaginitis
Vaginitis — Vaginitis merupakan peradangan vagina yang sering disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur (seperti Candida), atau parasit (Trichomonas). Gejala khasnya meliputi keputihan abnormal, gatal, dan iritasi. Pengobatan disesuaikan dengan patogen penyebab.
Salpingitis
Salpingitis — Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba yang biasanya disebabkan oleh infeksi menular seksual. Gejalanya meliputi nyeri panggul, demam, dan keputihan abnormal. Komplikasinya dapat menyebabkan infertilitas jika tidak diobati dengan antibiotik tepat.
Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis — Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan flora normal vagina dengan pertumbuhan berlebih bakteri anaerob. Gejala utamanya adalah keputihan berwarna abu-abu dengan bau amis. Penanganan menggunakan antibiotik seperti metronidazol.
Kehamilan normal
Kehamilan normal — Kehamilan normal adalah kondisi fisiologis dimana janin berkembang tanpa komplikasi dalam rahim. Pemantauan rutin meliputi pemeriksaan USG dan tes laboratorium untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
Aborsi spontan komplit
Aborsi spontan komplit — Aborsi spontan komplit terjadi ketika seluruh produk konsepsi keluar dari rahim tanpa intervensi medis. Gejalanya berupa perdarahan dan nyeri perut yang kemudian mereda. Pemantauan diperlukan untuk memastikan tidak ada sisa jaringan.
Anemia defisiensi besi pada kehamilan
Anemia defisiensi besi pada kehamilan — Kondisi ini terjadi akibat peningkatan kebutuhan zat besi yang tidak tercukupi selama kehamilan. Gejalanya meliputi lemas, pucat, dan sesak napas. Penanganan dengan suplementasi zat besi dan diet kaya nutrisi.
Ruptur perineum tingkat 1/2
Ruptur perineum tingkat 1/2 — Robekan perineum tingkat 1-2 terjadi selama persalinan dengan kerusakan ringan pada kulit dan otot perineum. Penanganannya meliputi jahitan sederhana dan perawatan luka untuk mencegah infeksi.
Abses folikel rambut atau kelenjar sebasea
Abses folikel rambut atau kelenjar sebasea — Abses ini terbentuk akibat infeksi bakteri pada folikel rambut atau kelenjar minyak, ditandai dengan benjolan merah, nyeri, dan berisi nanah. Penanganannya meliputi drainase abses dan antibiotik jika diperlukan.
Mastitis
Mastitis — Mastitis adalah peradangan payudara yang sering terjadi pada ibu menyusui, biasanya disebabkan oleh sumbatan saluran ASI atau infeksi. Gejalanya meliputi nyeri, kemerahan, dan demam. Penanganan dengan kompres hangat dan antibiotik jika infeksi bakteri.
Cracked nipple
Cracked nipple — Kondisi ini ditandai dengan luka atau pecah-pecah pada puting, umumnya terjadi pada ibu menyusui akibat pelekatan yang tidak tepat. Perawatan meliputi krim lanolin dan koreksi teknik menyusui.
Inverted nipple
Inverted nipple — Inverted nipple adalah kondisi dimana puting tertarik ke dalam payudara. Dapat bersifat bawaan atau didapat. Penanganan tergantung tingkat keparahan, dari teknik pemijatan hingga prosedur bedah jika diperlukan.
Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 — Diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan metabolik kronis yang ditandai dengan resistensi insulin dan kadar gula darah tinggi. Gejalanya meliputi sering haus, sering buang air kecil, dan lemas. Penanganan meliputi modifikasi gaya hidup, obat hipoglikemik oral, atau insulin jika diperlukan.
Hipoglikemia Ringan
Hipoglikemia Ringan — Hipoglikemia ringan adalah kondisi kadar gula darah rendah yang menyebabkan gejala seperti gemetar, berkeringat, dan pusing. Biasanya terjadi pada penderita diabetes yang menggunakan insulin atau obat penurun gula. Penanganan dengan konsumsi gula sederhana seperti permen atau jus buah.
Malnutrisi Energi-Protein
Malnutrisi Energi-Protein — Kondisi ini terjadi akibat kekurangan asupan kalori dan protein dalam jangka panjang. Gejalanya meliputi penurunan berat badan, edema, dan gangguan pertumbuhan pada anak. Penanganan meliputi pemberian makanan tinggi kalori dan protein secara bertahap.
Defisiensi Vitamin
Defisiensi Vitamin — Defisiensi vitamin adalah kondisi kekurangan satu atau lebih vitamin esensial. Gejalanya bervariasi tergantung vitamin yang kurang, seperti sariawan (vitamin C) atau rabun senja (vitamin A). Penanganan dengan suplementasi vitamin dan perbaikan pola makan.
Defisiensi Mineral
Defisiensi Mineral — Defisiensi mineral terjadi ketika tubuh kekurangan mineral penting seperti zat besi, kalsium, atau zinc. Gejalanya bervariasi seperti anemia (defisiensi besi) atau kelemahan otot (defisiensi kalium). Penanganan dengan suplementasi mineral dan diet seimbang.
Dislipidemia
Dislipidemia — Dislipidemia adalah gangguan kadar lemak darah yang ditandai dengan peningkatan kolesterol atau trigliserida. Merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penanganan meliputi diet rendah lemak, olahraga, dan obat penurun lipid jika diperlukan.
Hiperurisemia
Hiperurisemia — Hiperurisemia adalah kondisi tingginya kadar asam urat dalam darah yang dapat menyebabkan gout. Gejalanya meliputi nyeri sendi terutama di jempol kaki. Penanganan dengan diet rendah purin, obat penurun asam urat seperti allopurinol, dan analgesik untuk nyeri.
Obesitas
Obesitas — Obesitas adalah penumpukan lemak berlebihan dengan IMT >30. Meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Penanganan meliputi diet seimbang, peningkatan aktivitas fisik, terapi perilaku, dan pada kasus tertentu obat atau operasi bariatrik.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi — Anemia defisiensi besi adalah kondisi kekurangan sel darah merah akibat kurangnya asupan atau penyerapan besi. Gejalanya meliputi lemas, pucat, dan sesak napas. Penanganan dengan suplementasi zat besi dan perbaikan pola makan.
Limfadenitis
Limfadenitis — Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Gejalanya meliputi pembengkakan kelenjar yang nyeri dan kemerahan. Penanganan tergantung penyebab, bisa dengan antibiotik jika karena infeksi bakteri.
Demam Dengue/DHF
Demam Dengue/DHF — Demam dengue adalah infeksi virus yang ditularkan nyamuk Aedes. Gejalanya demam tinggi, nyeri otot, dan ruam. DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah bentuk berat dengan perdarahan. Penanganan suportif dengan cairan dan pemantauan ketat.
Malaria
Malaria — Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan nyamuk Anopheles. Gejalanya demam periodik, menggigil, dan anemia. Penanganan menggunakan obat antimalaria seperti artemisinin kombinasi tergantung jenis plasmodium.
Leptospirosis (Tanpa Komplikasi)
Leptospirosis (Tanpa Komplikasi) — Leptospirosis adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui air terkontaminasi urine hewan. Gejalanya demam tinggi, nyeri otot, dan sakit kepala. Pada kasus tanpa komplikasi dapat diobati dengan antibiotik seperti doksisiklin.
Reaksi Anafilaktik
Reaksi Anafilaktik — Reaksi anafilaktik adalah alergi berat yang mengancam nyawa. Gejalanya sesak napas, bengkak wajah, dan syok. Penanganan darurat dengan epinefrin, antihistamin, dan kortikosteroid.
Ulkus Pada Tungkai
Ulkus Pada Tungkai — Ulkus pada tungkai adalah luka terbuka yang sering terjadi pada penderita diabetes atau gangguan vaskular. Perawatan meliputi debridement, antibiotik jika terinfeksi, dan perban khusus untuk penyembuhan.
Lipoma
Lipoma — Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang tumbuh lambat. Biasanya tidak nyeri dan bergerak bebas di bawah kulit. Tidak memerlukan penanganan kecuali mengganggu secara kosmetik atau menimbulkan nyeri, maka dapat diangkat dengan operasi kecil.
Veruka Vulgaris
Veruka Vulgaris — Veruka vulgaris atau kutil biasa adalah pertumbuhan kulit jinak yang disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papillomavirus). Biasanya muncul sebagai benjolan kasar di tangan atau jari. Penanganan meliputi krioterapi (pembekuan), salep asam salisilat, atau elektrokauter.
Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum — Moluskum kontagiosum adalah infeksi kulit viral yang menimbulkan bintil kecil berwarna daging dengan cekungan di tengah. Sangat menular melalui kontak kulit langsung. Biasanya sembuh sendiri dalam 6-12 bulan, tetapi bisa diangkat dengan krioterapi atau kuretase jika mengganggu.
Herpes Zoster Tanpa Komplikasi
Herpes Zoster Tanpa Komplikasi — Herpes zoster (cacar ular) adalah reaktivasi virus varicella-zoster yang menimbulkan ruam vesikel nyeri di satu sisi tubuh. Tanpa komplikasi berarti tidak ada neuralgia postherpetik atau infeksi mata. Penanganan dengan antivirus seperti asiklovir dan analgesik.
Morbili Tanpa Komplikasi
Morbili Tanpa Komplikasi — Morbili (campak) adalah infeksi virus sangat menular dengan gejala demam, batuk, dan ruam merah. Tanpa komplikasi berarti tidak ada pneumonia atau ensefalitis. Penanganan suportif dengan istirahat dan hidrasi.
Varisela Tanpa Komplikasi
Varisela Tanpa Komplikasi — Varisela (cacar air) adalah infeksi virus varicella-zoster dengan gejala ruam vesikel di seluruh tubuh. Tanpa komplikasi berarti tidak ada infeksi bakteri sekunder. Pengobatan suportif dengan antihistamin untuk gatal dan antivirus pada kasus berat.
Herpes Simpleks Tanpa Komplikasi
Herpes Simpleks Tanpa Komplikasi — Infeksi virus herpes simpleks menimbulkan lepuh kecil di mulut (HSV-1) atau genital (HSV-2). Tanpa komplikasi berarti tidak ada penyebaran sistemik. Pengobatan dengan antivirus topikal/oral seperti asiklovir.
Impetigo
Impetigo — Impetigo adalah infeksi kulit bakteri superfisial yang sangat menular, ditandai lesi berkerak madu. Disebabkan oleh S. aureus atau S. pyogenes. Diobati dengan antibiotik topikal (mupirosin) atau oral (sefaleksin).
Impetigo Ulceratif (Ektima)
Impetigo Ulceratif (Ektima) — Ektima adalah bentuk impetigo yang lebih dalam dengan ulkus dan krusta tebal. Sering di kaki pada anak dengan higiene buruk. Memerlukan antibiotik oral lebih lama (10-14 hari).
Folikulitis Superfisialis
Folikulitis Superfisialis — Peradangan folikel rambut superfisial yang tampak sebagai pustul kecil dikelilingi kemerahan. Sering di daerah berambut. Pengobatan dengan kompres hangat dan antibiotik topikal jika perlu.
Furunkel/Karbunkel
Furunkel/Karbunkel — Furunkel adalah infeksi folikel rambut dalam (bisul), sedangkan karbunkel adalah kumpulan beberapa furunkel. Diobati dengan kompres hangat, drainase jika fluktuasi, dan antibiotik untuk area berisiko (wajah) atau sistemik.
Eritrasma
Eritrasma — Infeksi kulit kronis oleh Corynebacterium minutissimum yang menimbulkan bercak kecoklatan di lipatan. Diobati dengan antibiotik topikal (eritromisin) atau oral (azitromisin) dan menjaga area tetap kering.
Erisipelas
Erisipelas — Erisipelas adalah infeksi kulit akut yang menyerang lapisan dermis atas dan pembuluh limfatik, terutama disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes. Ditandai dengan plak kemerahan berbatas tegas yang terasa nyeri dan disertai demam. Penanganan utama menggunakan antibiotik seperti penisilin selama 10-14 hari. Komplikasi potensial meliputi abses atau selulitis yang lebih dalam.
Lepra
Lepra — Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi kronis oleh Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi. Gejala khasnya meliputi bercak kulit pucat mati rasa dan penebalan saraf. Pengobatan memerlukan terapi multidrug (MDT) kombinasi antibiotik selama 6-12 bulan tergantung klasifikasi.
Sifilis Stadium 1 dan 2
Sifilis Stadium 1 dan 2 — Sifilis stadium awal disebabkan oleh Treponema pallidum. Stadium 1 ditandai ulkus tidak nyeri (chancre), sedangkan stadium 2 menunjukkan ruam kulit generalisata. Penanganan efektif dengan suntikan benzathin penisilin dosis tunggal. Pemantauan serologis rutin diperlukan untuk mengevaluasi kesembuhan.
Tinea Kapitis
Tinea Kapitis — Infeksi jamur pada kulit kepala ini menyebabkan bercak bersisik dengan rambut patah atau kebotakan. Lebih sering terjadi pada anak-anak. Pengobatan membutuhkan antijamur oral seperti griseofulvin selama 6-8 minggu, ditambah sampo antijamur untuk mengurangi penularan.
Tinea Barbae
Tinea Barbae — Infeksi jamur dermatofit pada area janggut dan kumis yang disebabkan terutama oleh Trichophyton mentagrophytes atau Trichophyton verrucosum. Ditandai dengan folikulitis pustular dalam, bercak merah bersisik, dan kadang disertai kerion (reaksi inflamasi berat). Sering terjadi pada peternak, petani, atau mereka yang sering kontak dengan hewan ternak. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan KOH dan kultur jamur. Pengobatan memerlukan antijamur oral seperti terbinafine 250 mg/hari selama 2-4 minggu atau itraconazole 200 mg/hari selama 2 minggu, disertai kompres hangat untuk mengurangi inflamasi.
Tinea Fasialis
Tinea Fasialis — Infeksi dermatofit di wajah yang sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum. Lesi khas berupa plak eritematosa annular dengan pinggiran aktif berskuama dan bagian tengah yang lebih pucat, sering didiagnosis keliru sebagai dermatitis atopik atau psoriasis. Faktor risiko termasuk penggunaan steroid topikal yang tidak tepat. Pengobatan dengan antijamur topikal seperti ketoconazole 2% krim dua kali sehari selama 3-4 minggu. Pada kasus luas atau resisten, dapat diberikan itraconazole oral 100 mg/hari selama 2 minggu.
Tinea Korporis
Tinea Korporis — Dikenal sebagai kurap tubuh, menunjukkan lesi melingkar dengan tepi bersisik dan gatal. Sangat menular melalui kontak langsung. Respons baik terhadap terapi topikal (clotrimazole) selama 2-3 minggu.
Tinea Manus
Tinea Manus — Infeksi jamur pada tangan, biasanya unilateral, dengan skuama halus atau vesikel di telapak/tepi jari. Sering menyertai tinea pedis (two feet-one hand syndrome). Memerlukan pengobatan lebih lama (4-6 minggu).
Tinea Ungulum
Tinea Ungulum — Onikomikosis yang menyebabkan kuku menebal, rapuh, dan berubah warna. Pengobatan sulit, membutuhkan antijamur oral (terbinafine) 3-6 bulan atau pernis khusus untuk kasus ringan.
Tinea Kruris
Tinea Kruris — Infeksi jamur di lipat paha ("jock itch") dengan lesi eritematosa semi-sirkular. Faktor risiko termasuk keringat berlebih dan pakaian ketat. Pengobatan dengan terbinafine 1% krim selama 2 minggu.
Tinea Pedis
Tinea Pedis — Infeksi jamur kaki (athlete's foot) dengan tiga pola klinis utama: interdigital, moccasin, dan vesikular. Pengobatan topikal selama 4 minggu, dengan tambahan desinfeksi sepatu untuk mencegah rekurensi.
Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Versikolor — Infeksi Malassezia furfur yang menyebabkan bercak hipo/hiperpigmentasi di dada dan punggung. Pengobatan dengan selenium sulfide 2.5% lotion atau antijamur oral untuk kasus luas.
Kandidosis Mukokutan
Kandidosis Mukokutan — Infeksi Candida di mukosa/lipatan kulit dengan manifestasi bervariasi tergantung lokasi. Pengobatan menggunakan nistatin topikal atau flukonazol oral tergantung beratnya infeksi.
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans — Infeksi larva cacing tambang yang membentuk terowongan eritematosa berkelok. Pengobatan efektif dengan ivermectin 12 mg dosis tunggal atau albendazole 400 mg/hari selama 3 hari.
Filariasis
Filariasis — Penyakit sistemik oleh Wuchereria bancrofti yang menyebabkan limfedema/elefantiasis. Pengobatan menggunakan DEC (diethylcarbamazine) dikombinasi albendazole selama 12 hari.
Pedikulosis Kapitis
Pedikulosis Pubis — Infeksi kutu kemaluan (Phthirus pubis) yang menular terutama melalui kontak seksual, meskipun dapat juga menyebar melalui pakaian atau handuk yang terkontaminasi. Gejala khas meliputi gatal intens di area genital, bintik biru keabuan (maculae ceruleae) akibat reaksi terhadap saliva kutu, dan kadang dapat meluas ke bulu mata atau alis. Diagnosis ditegakkan melalui identifikasi kutu dewasa atau nits (telur) yang melekat kuat pada rambut pubis. Pengobatan efektif dengan permethrin 1% krim atau malathion 0.5% lotion yang diaplikasikan selama 10-12 jam, diulang setelah 7-10 hari. Pasangan seksual juga perlu diperiksa dan diobati secara bersamaan untuk mencegah reinfeksi. Pencucian pakaian dalam, handuk, dan sprei dengan air panas (≥55°C) sangat penting untuk membasmi kutu yang mungkin menempel.
Pedikulosis Pubis
Pedikulosis Pubis — Infeksi kutu kemaluan (Phthirus pubis) yang menular terutama melalui kontak seksual, meskipun dapat juga menyebar melalui pakaian atau handuk yang terkontaminasi. Gejala khas meliputi gatal intens di area genital, bintik biru keabuan (maculae ceruleae) akibat reaksi terhadap saliva kutu, dan kadang dapat meluas ke bulu mata atau alis. Diagnosis ditegakkan melalui identifikasi kutu dewasa atau nits (telur) yang melekat kuat pada rambut pubis. Pengobatan efektif dengan permethrin 1% krim atau malathion 0.5% lotion yang diaplikasikan selama 10-12 jam, diulang setelah 7-10 hari. Pasangan seksual juga perlu diperiksa dan diobati secara bersamaan untuk mencegah reinfeksi. Pencucian pakaian dalam, handuk, dan sprei dengan air panas (≥55°C) sangat penting untuk membasmi kutu yang mungkin menempel.
Skabies
Skabies — Infeksi kulit akibat tungau Sarcoptes scabiei var. hominis yang menular melalui kontak kulit langsung atau pakaian terkontaminasi. Gejala utama berupa gatal hebat (terutama malam hari), terowongan kulit (burrows) di sela jari, pergelangan, dan area genital, serta ruam papuler. Pengobatan menggunakan permethrin 5% krim yang diaplikasikan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 8-12 jam, diulang setelah 1 minggu. Seluruh anggota rumah tangga harus diobati bersamaan, disertai pencucian pakaian dan sprei dengan air panas (≥60°C).
Reaksi Gigitan Serangga
Reaksi Gigitan Serangga — Reaksi hipersensitivitas lokal terhadap antigen saliva serangga seperti nyamuk atau kutu busuk. Ditandai dengan papul urtikaria pruritik, eritema, dan kadang vesikel di lokasi gigitan. Penanganan meliputi kompres dingin, kortikosteroid topikal potensi ringan-sedang (hidrokortison 1%), dan antihistamin oral untuk mengurangi gatal. Hindari menggaruk untuk mencegah infeksi sekunder.
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Iritan — Peradangan kulit non-imunologik akibat paparan berulang dengan iritan fisik/kimia seperti deterjen, pelarut, atau gesekan. Gejala berupa eritema, kekeringan, fisura, dan rasa perih di area terpapar. Tata laksana utama adalah identifikasi dan penghindaran iritan, penggunaan emolien, serta kortikosteroid topikal potensi rendah untuk kasus akut.
Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik — Dermatitis kronis residif pada individu dengan riwayat atopi (asma, rinitis alergi). Manifestasi klinis berupa lesi eksematous gatal, likenifikasi pada fase kronis, dengan distribusi fleksural (pada dewasa) atau pipi/kulit kepala (pada bayi). Terapi meliputi pelembab intensif, kortikosteroid topikal sesuai keparahan, dan antihistamin sedatif untuk mengontrol gatal. Hindari faktor pencetus seperti stres, keringat berlebih, dan alergen.
Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis — Dermatitis numularis adalah kondisi kulit inflamasi kronis yang ditandai dengan lesi berbentuk koin (nummular) yang eritematosa, berskuama, dan gatal. Sering terjadi pada ekstremitas dan terkait dengan kulit kering. Penanganan meliputi pelembab intensif, kortikosteroid topikal, dan antihistamin untuk gatal.
Napkin Eczema (Dermatitis Popok)
Napkin Eczema (Dermatitis Popok) — Dermatitis popok adalah iritasi kulit di area popok akibat paparan urine, feses, atau gesekan. Ditandai dengan eritema, lecet, atau kulit mengelupas. Pengobatan meliputi penggantian popok lebih sering, penggunaan krim pelindung (zinc oxide), dan kortikosteroid topikal ringan jika diperlukan.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik — Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit kronis di area berminyak seperti kulit kepala (ketombe), wajah, dan dada. Gejalanya meliputi skuama kekuningan dan kemerahan. Pengobatan dengan sampo antijamur (ketoconazole), krim kortikosteroid ringan, atau calcineurin inhibitors.
Pitiriasis Rosea
Pitiriasis Rosea — Pitiriasis rosea adalah erupsi kulit akut yang dimulai dengan herald patch (lesi besar tunggal) diikuti lesi kecil berskuama di batang tubuh. Penyebabnya diduga infeksi virus. Biasanya sembuh sendiri dalam 6-8 minggu, tetapi terapi simtomatik seperti antihistamin atau pelembab dapat membantu.
Akne Vulgaris Ringan
Akne Vulgaris Ringan — Akne vulgaris ringan ditandai dengan komedo dan beberapa papul/pustul. Pengobatan meliputi benzoil peroksida topikal, retinoid, atau antibiotik topikal seperti clindamycin. Perawatan kulit non-komedogenik juga penting.
Hidradenitis Supuratif
Hidradenitis Supuratif — Penyakit inflamasi kronis folikel rambut di area intertriginosa (ketiak, selangkangan) yang menyebabkan nodul nyeri, abses, dan jaringan parut. Penanganan meliputi antibiotik (clindamycin + rifampicin), terapi biologis (anti-TNF), atau pembedahan pada kasus berat.
Dermatitis Perioral
Dermatitis Perioral — Dermatitis perioral adalah ruam eritematosa dan papulopustular di sekitar mulut, sering terkait penggunaan steroid topikal. Pengobatan dengan menghindari steroid, antibiotik topikal (metronidazole), atau oral (tetrasiklin).
Miliaria
Miliaria — Miliaria (biang keringat) terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat, menyebabkan vesikel kecil gatal. Dibagi menjadi miliaria kristalina (superfisial) dan rubra (lebih dalam). Penanganan dengan menjaga kulit tetap dingin dan kering, serta kompres dingin.
Urtikaria Akut
Urtikaria Akut — Urtikaria akut adalah reaksi kulit berupa wheals (bentol) gatal yang muncul tiba-tiba, sering akibat alergi atau infeksi. Pengobatan dengan antihistamin oral (cetirizine) dan menghindari pemicu. Jika disertai angioedema atau anafilaksis, perlu epinefrin.
Exanthematous Drug Eruption & Fixed Drug Eruption
Exanthematous Drug Eruption & Fixed Drug Eruption
-
Exanthematous: Ruam makulopapular menyebar akibat reaksi obat (misal antibiotik).
-
Fixed Drug Eruption: Lesi eritematosa bulat yang kambuh di lokasi sama saat terpapar obat pemicu.
Penanganan utama adalah menghentikan obat penyebab dan terapi simtomatik.
Vulnus Laseratum & Punctum
Vulnus Laseratum & Punctum
-
Vulnus Laseratum: Luka robek dengan tepi tidak rata, sering akibat trauma tumpul. Perlu irigasi dan penutupan luka.
-
Punctum: Luka tusuk kecil dengan risiko infeksi dalam. Perlu pembersihan dan observasi tanda infeksi.
Luka Bakar Derajat 1 & 2
Luka Bakar Derajat 1 & 2
-
Derajat 1: Eritema tanpa blister (contoh: terbakar sinar matahari).
-
Derajat 2: Eritema dengan blister dan nyeri.
Penanganan meliputi pendinginan area, analgesik, dan perawatan luka steril.
Kekerasan Tumpul
Kekerasan Tumpul — Trauma tumpul menyebabkan memar, hematom, atau fraktur tanpa luka terbuka. Contoh: pukulan atau benturan. Dokumentasi cedera penting untuk kepentingan hukum.
Kekerasan Tajam
Kekerasan Tajam — Trauma tajam menyebabkan luka iris atau tusuk dengan tepi jelas. Contoh: pisau atau pecahan kaca. Perlu evaluasi kedalaman luka dan potensi kerusakan organ.
Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes Melitus Tipe 1 — Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan kerusakan sel beta pankreas, menyebabkan defisiensi insulin absolut. Biasanya muncul pada anak-anak atau dewasa muda dengan gejala klasik poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan kelelahan. Diagnosis ditegakkan melalui kadar gula darah puasa ≥126 mg/dL atau HbA1c ≥6,5%, disertai adanya autoantibodi (GAD, IA-2). Penanganan utama berupa terapi insulin seumur hidup (regimen basal-bolus atau pompa insulin), pemantauan gula darah mandiri, dan penyesuaian diet. Komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetik (KAD) memerlukan perawatan darurat dengan cairan intravena dan insulin. Edukasi pasien tentang manajemen mandiri sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang seperti retinopati, nefropati, dan neuropati.
Skrofuloderma
Skrofuloderma — Skrofuloderma adalah bentuk tuberkulosis kulit yang terjadi akibat penyebaran langsung dari infeksi tuberkulosis pada kelenjar getah bening, tulang, atau sendi di bawahnya. Ditandai dengan nodul subkutan yang perlahan melunak dan pecah membentuk ulkus kronis dengan tepi tidak rata dan dasar berbutir, sering disertai fistel dan jaringan parut. Lokasi tersering di area leher, ketiak, atau selangkangan. Diagnosis didukung oleh riwayat kontak TB, tes tuberkulin positif, PCR, atau biopsi yang menunjukkan granuloma kaseosa. Pengobatan memerlukan terapi antituberkulosis standar (Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol) selama minimal 6 bulan. Perawatan luka dengan antiseptik dan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Prognosis baik dengan pengobatan adekuat, tetapi dapat meninggalkan jaringan parut luas.